Dalam perumpamaan tentang talenta yang Yesus ceritakan, para hamba yang mengerjakan bagiannya atas talenta yang dipercayakan kepadanya menghasilkan dua kali lipat dari nilai talenta yang mereka dapatkan. Namun hamba yang hanya mengubur talentanya, mendapatkan hukuman dari tuannya. Dari cerita ini, Yesus mengajarkan bahwa kita harus belajar prinsip investasi dalam mengelola apa yang dipercayakan dalam hidup kita. Tuhan ingin agar aset yang Ia percayakan kepada kita bertumbuh baik dalam nilai maupun kegunaannya.
Jadi apa yang menjadi panduan dalam berinvestasi? Salah satu konsep yang umum di dalam Alkitab adalah : Pertanian. Pikirkan hal ini: Anda mengolah tanahnya, tabur benihnya, sirami dan tuailah apa yang Anda investasikan, dan biasanya benih yang Anda tanam menghasilkan tuaian berkali-kali lipat bagi Anda.
Alkitab seringkali menggunakan referensi tentang pertanian untuk menuntun kita hidup dalam nilai-nilai Kerajaan Allah. Dari hal tersebut, ada empat hukum Alkitabiah tentang investasi:
1. Anda menuai apa yang Anda tabur. Apa yang Anda tuai, baik jenis atau porsinya sesuai dengan apa yang Anda tabur.
Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu. (Galatia 6:7-8).
Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. (2 Korintus 9:6).
2. Ada musim untuk segala yang harus dilakukan. Tuhan selalu menyediakan kesempatan, tapi jika kita gagal bertindak “ketika musimnya tiba” maka kesempatan itu akan tertutup selamanya.
Pada musim dingin si pemalas tidak membajak; jikalau ia mencari pada musim menuai, maka tidak ada apa-apa. (Amsal 20:4).
Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. (Pengkotbah 3:1).
3. Kesabaran dibutuhkan dan akan membuahkan hasil. Kita harus memiliki pola pikir jangka panjang, membendung keinginan daging untuk mencapai kepuasan secara instant.
Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. (Galatia 6:9).
Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi. Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat! (Yakobus 5:7-8).
4. Tuhan adalah Allah atas tuaian. Kita harus setia dalam menabur, menyiangi dan menuai, tetapi hanya Tuhan yang mengendalikan hasil akhir dari investasi kita. Mengakui bahwa Allah yang menentukan hasil akhirnya adalah kunci untuk menikmati kepuasan hidup yang sejati.
Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. (I Korintus 3:6-7).
Paulus menulis di ayat ke 8 “..dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri.” Tuhan akan memberi kita upah yang sesuai atas investasi kita, namun upah abadi kita tidak akan berdasarkan pencapaian kita tentunya, tetapi berdasarkan kesetiaan kita dalam mengelola aset yang Tuhan berikan.
Apakah Anda mengalami empat hukum diatas dalam hidup Anda? Alamilah dan nikmati kelimpahan yang Tuhan akan berikan dalam hidup Anda.
Sumber : .lifestewardshipblog.com